Saturday, March 26, 2005


Foto sendiri di kamar asrama di Aber Wales Inggris Posted by Hello

Sunday, March 20, 2005

Telah terbit dua judul buku Winisis

Telah terbit sekaligus dua judul buku mengenai Winisis.
Buku 1: Dasar-dasar Winisis
Buku 2: Tip dan Trik Mengoptimalkan Winisis

Diterbitkan oleh IPB Press
Maret 2005

Thursday, March 17, 2005

NapakTilas Sejarah Perkembangan Komputer

NAFSU PERANG MENGILHAMI TERCIPTANYA KOMPUTER
Napak tilas menelusuri sejarah perkembangan komputer

B. Mustafa
mus@ipb.ac.id atau mustafa_smada@yahoo.com

Tinjauan ‘napak tilas’ komputer ini dimulai dari awal zaman Renaisans. Pada saat itu, militer dengan dukungan ahli matematika mengembangkan teknik untuk memenangkan peperangan. Tahun 1500-an, NICCOLO TARTAGLIA (1499-1559) menghitung lintasan peluru meriam. Ternyata kemudian bahwa kejadian ini merupakan babak penting dalam perkembangan awal komputer.

Kurang lebih satu abad setelah itu ISAAC NEWTON menjelaskan gerakan lintasan peluru meriam dan lintasan planet melalui sebuah teori yang dikenal sebagai teori gravitasi. Namun teori tersebut sekaligus memperkenalkan ‘ketakutan’ dalam perhitungan, terutama menyangkut masalah tiga benda, yaitu matahari, bumi dan bulan. Dengan mulainya dihitung tentang gerakan dan lintasan benda-benda langit tersebut, manusia menghadapi perhitungan-perhitungan rumit, sehingga sejumlah ilmuwan mulai berpikir untuk melakukannya dengan bantuan mesin.

JOHN NAPIER (1550-1617), seorang berkebangsaan Skotlandia ‘setengah gila’, memperkenalkan alat hitung logaritmanya yang disebut Napier’s Bone. Alat ini sesungguhnya hanya merupakan suatu tabel perkalian pada batang-batang yang terbuat dari tulang. Mesin yang benar-benar pertama adalah yang diciptakan oleh WILHELM SCHICKARD (1592-1635). Mesin ini dapat menambah, mengurangi, melakukan proses perkalian dan pembagian bilangan. Sayang sekali mesin tersebut hilang sewaktu perang berkecamuk selama 30 tahun. SCHICKARD sendiri meninggal karena kena wabah penyakit yang timbul karena perang tersebut.

BLAISE PASCAL (1623-1662) membuat mesin hitung pertama yaitu PASCALINE, yang hanya dapat menambah dan mengurangi. Kemudian muncul GOTTFRIED WILHELM LEIBNIZ (1646-1716) yang mengembangkan rancangan Pascal sedikit lebih maju, sambil berkhayal bahwa suatu saat nanti semua dapat dilakukan hanya dengan memutar sebuah hendel

Selama tahun 1700-an makin banyak mesin seperti itu yang diciptakan. Tetapi umumnya gagal mendapatkan suatu bentuk yang serbaguna sebagaimana seharusnya sebuah komputer. Umpamanya, dalam tiap hal, orang hanya memasukkan angka dengan mengatur roda atau knop dan kemudian memutar hendel yang cocok untuk melakukan pertambahan atau pengurangan. Jadi input hanya mengandung angka yang akan dikombinasikan. Padahal komputer serbaguna seharusnya mampu membaca instruksi tentang mau diapakan angka-angka tersebut.

Pemecahan persoalan ini akhirnya tidak datang dari laboratorium atau dari kamar kerja ilmuwan, melainkan dari dapur-dapur pabrik sebagai dampak dari Revolusi Industri.

Muncul Loom (semacam perkakas tenun tangan) dari Weaver sebagai pemroses informasi. Perangkat ini mampu menerjemahkan rancangan abstrak ke dalam pola-pola berwarna, yang diciptakan melalui lingkarang benang berwarna pada tempat tertentu. Pada pertengahan tahun 1700-an suatu alat ditemukan yang dapat memindahkan pola ini pada suatu kartu berlubang. Dengan sebuah alat tenun tangan (loom) model lama, penenun membaca kartu-kartu itu. Tetapi dalam tahun 1801 JOSEPH MARIE JAQUARD menemukan alat tenun berdaya guna yang mempunyai alat pembaca kartu secara otomatis.

Keberhasilan mesin Jaquard ini mengundang protes ribuan pekerja yang selama ini bertugas membaca kartu-kartu itu. Bahkan hampir saja mereka membunuh Jaquard, sang pencipta. Di Inggris, ide Jaquard dikembangkan oleh CHARLES BABBAGE 1792-1871), yang nantinya disebut sebagai BAPAK KOMPUTER. Selama beberapa tahun Babbage, seorang professor matematika, bekerja dengan sebuah mesin hitung besar yang disebut Mesin Differensial. Alat ini sedianya dapat menghitung tabel-tabel matematika jika bisa dirampungkan. Dalam tahun 1822 Babbage memohon bantuan dana kepada The Royal Society, dalam rangka mengembangkanmesin differensial tersebut. Mereka mengabulkan permohonan itu, meskipun banyak komentar yang menentangnya.

Babbage menyewa ahli mesin, tetapi karena ia selalu muncul dengan gagasan-gagasan baru, hingga agak menghambat penyelesaian proyek. Sementara itu, dengan idenya yang tidak pernah kering, ia beralih ke proyek-proyek baru misalnya penghitungan tabel-tabel asuransi jiwa, penentuah sinyal-sinyal penerangan rumah; proses pemotongan gelas, bahkan untuk pendugaan gunung berapi. Itulah sebabnya inovasi baru Babbage terhadap kartu berlubang Jaquard disebut Mesin Analitis. Inilah mesin analitis yang dibayangkan Babbage. Komponen utamanya adalah sebuah unit penggilingan (Mill)

Pada pusat mesin ini terdapat banyak roda bergerigi, suatu alat untuk menambah dengan ketepatan 50 desimal. Instruksi kepada alat ini akan dibaca melalui kartu berlubang. Kartu berlubang tidak hanya mengirim angka tetapi juga polanya. Mesin itu perlu memiliki suatu alat baca Input. Untuk menyimpan angka guna keperluan nanti, Babbage menyediakan suatu bagian yang disebut Unit Memori atau Store. Akhirnya bagian yang dikenal sebagai Output. Babage merancang mesin cetak pertama yang mampu mencetak hasil perhitungan komputer.

Kartu-kartu berlubang mampu melakukan hal-hal berikut:
· Memasukkan angka ke dalam unit memori
· Memasukkan angka ke dalam mill
· Memindahkan angka dari mill ke unit memori
· Memindahkan angka dari unit memori ke mill
· Memerintahkan mill melalukan operasi tertentu
· Mengeluakan suatu hasil angka dari unit memori atau mill

Sejauh ini, ide-ide tersebut hanya sampai pada taraf rencana. Selanjutnya Babbage mulai mencari simpatisan yang dapat membantunya dalam mewujudkan rencananya. Simpatisan utamanya adalah ADA AUGUSTA, seorang gadis, putri seorang penyair LORD BYRON dan merupakan seorang matematikawati amatir yang sangat antusias. Jika Charles Babbage dikenal sebagai BAPAK KOMPUTER, maka Ada Augusta disebut sebagai IBUNYA KOMPUTER.

Augusta menjadi programmer pertama. Ia membuat rangkaian perintah untuk mesin analisis tersebut. Ia menemukan Subroutine, suatu instruksi yang dapat digunakan berulang-ulang dalam berbagai konteks. Juga Loop, yang memungkinkan suatu instruksi dapat dibaca kembali. Selain itu, dibuat pula ’loncatan bersyarat’, yaitu suatu perintah loncatan jika suatu kondisi tertentu terpenuhi.

Suatu hambatan kemudian muncul, tatkala pemerintah menghentikan bantuannya. Babbage lalu mengharapkan sokongan para ahli lain, terutama dari Augusta. Namun sayang sekali, Augusta ternyata meninggal dalam usia muda. Babbage tidak berhasil merampungkan pekerjaannya.

Sementara itu, pemikiran berkembang ke dua arah. Pertama adalah ke arah pembuatan mesin hitung mekanik. Beberapa ahli mengembangkan mesin differensial yang diciptakan Babbage. Muncul mesin hitung Desktop (yang dapat diletakkan diatas meja) untuk Cash-Register yang banyak digunakan di toko-toko dan pusat-pusat perbelanjaan. Di lain pihak berkembang mesin dengan sistem kartu berlubang.

Perkembangan selanjutnya dilakukan oleh HERMANN HOLLERITH (1860-1929) saat merancang mesin untuk mengolah tabel-tabel angka hasil sensus. Hollerith juga didasari oleh prinsip Loom dari Jaquard. Ia membuat mesin yang khusus untuk pengumpulan dan pengklasifikasian informasi.

Sebelum Hollerith membuat mesinnya, biro sensus di Amerika mengolah data sensus secara manual yang sangat lambat. Sebagai contoh, sensus penduduk di AS tahun 1880 memakan waktu tujuh setengah tahun hanya untuk menganalisis hasilnya. Saat itu bentuk pertanyaan sensus hanyalah berupa sejumlah pilihan berganda.

Lalu siapa sebenarnya pembuat komputer elektronik pertama? Orangnya tiada lain adalah KONRAD SUZE (1910-?). Mesinnya, Z-1 yang diciptakan tahun 1936, mampu menghitung secara bersambung dan membaca data yang dimasukkan berupa film berlubang. Suze, seorang berkebangsaan Jerman, mencoba menjual temuannya kepada pemerintah yang sedang menghadapi perang. NAZI lalu berpikir mereka pasti dapat memenangkan peperangan dengan mesin tersebut. Maka komputer benar-benar lahir untuk PERANG DUNIA KE DUA.

Di Amerika, angkatan laut bekerjasama dengan Havard University dan IBM (International Business Machine) membuat MARK I, suatu komputer elektromagnetik raksasa pada tahun 1944. Rancangannya dibuat oleh Professor HOWARD AIKEN dari Harvard. Mesin ini berdasarkan ide Babbage. MARK I besarnya 400 meter kubik dan memuat ribuan tabung. Jika dijalankan menimbulkan bunyi menderu bagai suara mesin tenun yang sedang bekerja. MARK I dapat menggandakan dua angka berdigit 10 dalam waktu tiga detik. Kemudian angkatan bersenjata memasok dana untuk proyek ini. Tujuannya mirip dengan Tartaglia di tahun 1500, yaitu untuk membuat peluru balistik supaya lebih akurat. Pimpinan proyek ini adalah J. PRESPER ECKERT dan JOHN MAUCHY. Hasilnya adalah ENIAC (The Electronic Numerical Intergrator And Calculator) yang berisi 18.000 tabung. ENIAC mampu melakukan 500 buah perkalian tiap detik. Tergolong sangat cepat waktu itu. Tetapi dibandingkan dengan sekarang sangat lambat.

Persoalannya adalah bahwa ENIAC baru rampung pada tahun 1946, enam bulan setelah Perang Dunia ke Dua berakhir. Tetapi di dunia ini akan selalu ada peperangan (Itu barangkali prinsip mereka!, dan memang terbukti benar) Hingga angkatan bersenjata Amerika tetap mengembangkannya lebih jauh lagi untuk keperluan perang berikutnya! Proyek dikembangkan terus untuk perhitungan pada program senjata nuklir. ENIAC memang bekerja ‘cepat’, tetapi agak lemah karena memorinya sangat kecil dan tiap kali diperlukan perhitungan lain, maka seluruh sistem kabelnya harus dirombak! Meskipun demikian dengan 18.000 buah tabung berkelap-kelip sebanyak 100.000 kali tiap detik, ENIAC harus sangat handal dibandingkan dengan seluruh mesin yang pernah dibuat sampai saat itu, mengingat salah perhitungan bisa fatal akibatnya.

Kemudian muncul JOHN VON NEUMANN (1903-1957), seorang professor matematika dari Princeton yang mengubah alat hitung elektronik menjadi ‘otak komputer’.

VON NEUMANN merenungkan struktur logis komputer:
Bagaimana komputer dapat mengontrol dirinya sendiri
Berapa besar memori yang diperlukan
Untuk apa memori itu, dan sebagainya

Lalu ia bertanya pada dirinya sendiri. Bagaimana membuat otak komputer mirip dengan jaringan otak manusia, yaitu sistem pusat syaraf. Bayangkan tahapan yang dipikirkan dan dilalui oleh seorang dokter ketika akan melakukan operasi pembedahan. Semua rencana dan cara melakukanmya sudah ada dalam otak sang dokter.

VON NEUMANN lalu merancang komputer agar dapat melakukan hal-hal berikut:
Temukan cara mengubah instruksi menjadi kode (encode) ke dalam suatu bentuk yang dapat disimpan dalam memori komputer. Von Neumann menyarankan untuk menggunakan rangkaian kode 1 dan 0 (binary).
Simpan instruksi tersebut dalam memori bersama-sama informasi lain (angka-angka dsb) sedemikian rupa agar nanti dapat digunakan untuk keperluan tertentu.
Kalau menjalankan program, ambil langsung instruksi itu dari memori. Jadi tidak dibaca dari kartu berlubang yang baru untuk setiap langkah baru.

Ini merupakan konsep dasar program tersimpan. Keuntungannya adalah lebih cepat, dapat melakukan berbagai jenis pekerjaan dan dapat melakukan perubahan (penyesuaian) sendiri.

Untuk mewujudkan ide tersebut, Von Neumann membuat kode untuk suatu program yang disebutnya SORT AND MERGE. Secara sederhan dapat dijelaskan sebagai berikut:

Daftar A
Daftar B
Daftar C
ALADIN
ANTON
ANEN
AAN
TANTI
BEJO
OMAN
ALDY
AAN
ALADIN
ALDY
ANEN
ANTON
BEJO
OMAN
TANTI

Jika terhadap daftar A dan daftar B dilakukan proses SORT AND MERGE maka hasilnya adalah daftar C.

Selanjutnya timbul pemikiran bagaimana supaya komputer yang besar ini dapat memasyarakat. Tahun 1947, setelah ENIAC rampung, suatu tim dari Stanford menemukan transistor yang menggunakan elemen yang disebut semi-conductor. Seperti tabung-tabung ENIAC, transistor dapat berfungsi sebagai saklar. Keuntungannya adalah lebih kecil bentuknya, lebih cepat bekerjanya, lebih dingin, tahan lama dan lebih hemat enerji. Komputer pertama yang menggunakan temuan ini ukurannya sebesar satu ruang kelas dengan harga cukup mahal.

Kemudian perkembangan terus terjadi hingga transistor semakin kecil dan semakin murah. Mula-mula muncul Integrated Circuits. Suatu keping berisi banyak sekali transistor buatan pabrik. Kemudian Large Scale Integration (LSI) dan Very Large Scale Integration (VLSI) yang berisi ratusan ribu transistor pada sebuah Chip ukuran kecil.

Tahun 1960-an muncul Mini Computer yang berukuran seperti sebuah lemari biasa. Tahun 1970-an datang Micro Computer yang berukuran segenggaman, yaitu kalkulator. Lalu muncul Main Frame, perangkat komputer yang dapat dioperasikan oleh banyak orang sekaligus. Akhirnya Super Computer di awal tahun 1980-an yang mampu menghitung pada taraf 500 Megaflops (500 X 10 per detik).

Selanjutnya pembaca dapat menelusur sendiri perkembangan komputer mutakhir yang kini banyak terdapat dalam beragam literatur. Sesungguhnya perkembangan ini tiada habisnya, sebagaimana perang yang selalu ada.

Bacaan:
GONICK, LARRY. The Cartoon guide to computer science. New York: Barnes & Noble Books, 1983.
JOCKER, CORINNE. Men, memory and machines: an introduction to cybernetics. New York: Dell Pub., 1964.

Wednesday, March 16, 2005

PETA OTOMASI PERPUSTAKAAN DI INDONESIA:
Studi Kasus Software SIPISIS

B. Mustafa
mus@ipb.ac.id atau mustafa_smada@yahoo.com


Pengembangan sistem otomasi perpustakaan di Indonesia diawali sekitar 1985, ketika PDIN (Pusat Dokumentasi dan Informasi Nasional, kini Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah - PDII) menggunakan program MINISIS atau CDS/ISIS versi komputer mini dari UNESCO. Saat itu komputer PC (Personal Computer) belum berkembang dengan baik seperti dewasa ini. Kemudian Perpustakaan Lembaga Kelistrikan Nasional mengembangkan program untuk mengelola data perpustakaan dengan memanfaatkan dBase II dan Litbang Depkes RI membuat sistem otomasi perpustakaan berbasis dBase III. Otomasi perpustakaan perguruan tinggi antara lain dirintis oleh Institut Pertanian Bogor tahun 1986, saat kepindahannya ke kampus baru Darmaga dengan program SIMPUS (Sistem Perpustakaan) berbasis dBase III Plus.

Saat itu tidak banyak pilihan software siap pakai untuk otomasi perpustakaan. Pilihan kebanyakan dengan cara mengembangkan sendiri program (inhouse generation). Ada suatu software yang disebarkan gratis oleh UNESCO ke seluruh dunia, terutama ke negara berkembang, yaitu CDS/ISIS (Computerized Documentation Service/ Integrated Sets of Information System). Software ini masuk ke Indonesia sekitar tahun 1987. Namun saat itu hanya diperkenalkan kepada beberapa perpustakaan, terutama perpustakaan perguruan tinggi dalam bentuk pelatihan-pelatihan. PDII sebagai lembaga yang ditunjuk untuk menyebarkannya, saat itu baru pada tahap mempelajari kemungkinan-kemungkinan penggunaannya. Kesulitan terutama disebabkan karena belum banyak perpustakaan yang mempunyai komputer klas PC. Saat itu teknologi komputer PC masih pada tahap XT. Belum ada komputer AT apalagi Pentium yang spesifikasinya sudah sangat tinggi seperti sekarang.

Memasuki awal tahun 199-an, yang ditandai dengan perkembangan pesat di bidang hardware dan software pada umumnya, terutama dengan kemajuan teknologi komputer PC, semakin banyak tersedia software untuk sistem otomasi perpustakaan, kendati masih didominasi oleh produk impor yang harganya tidak terjangkau oleh umumnya perpustakaan di Indonesia. Beberapa perpustakaan atau kelompok tertentu, termasuk yang berbentuk badan usaha, mencoba merancang berbagai jenis software untuk otomasi perpustakaan. Dikenal misalnya INSIS dari PT. Cursor Informatics, NCI Bookman dan sebagainya.

Program CDS/ISIS semakin dikenal di lingkungan perpustakaan, terutama perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan khusus. Hal ini didukung karena adanya proyek bantuan Bank Dunia untuk pengembangan perpustakaan di Indonesia. Pelatihan otomasi perpustakaan banyak dilakukan, bukan hanya untuk perpustakaan perguruan tinggi negeri, tetapi juga swasta. Penggunaan program ini semakin meluas. Walau kebanyakan masih hanya dalam batas membuat kartu katalog perpustakaan.

Tahun 1991 dengan berbagai pertimbangan Perpustakaan IPB mulai mencoba menggunakan CDS/ISIS untuk mengelola data artikel jurnal. Pada saat yang bersamaan, semakin banyak perpustakaan perguruan tinggi negeri lain mulai mengkaji penggunaan sistem ini. CDS/ISIS sesungguhnya adalah sustau sistem yang ternyata dapat juga dikembangkan lagi sehingga sesuai dengan kebutuhan.

SIPISIS Suatu Program Coba-coba

Tahun 1995 Perpustakaan IPB meninggalkan sistem lama yaitu SIMPUS dan menguji coba suatu software otomasi perpustakaan secara terpadu yang merupakan pengembangan CDS/ISIS dan dikenal dengan nama ISISCIR (ISIS untuk Sirkulasi). Program ini, yang kemudian berganti nama menjadi SIPISIS (Sistem Informasi Perpustakaan berbasis ISIS) mulai dikembangkan dan digunakan secara resmi oleh Perpustakaan IPB awal tahun 1996.

Sejak itu rombongan tamu yang berkunjung ke Perpustakaan IPB dan melihat penggunaan sistem ini, banyak yang tertarik untuk juga mencoba menggunakan sistem tersebut. Pertengahan tahun 1996, ada perpustakaan lain yang mau mencobanya. Sejak itu makin banyak perpustakaan yang tertarik, sehingga sampai awal tahun 2005, sudah lebih dari 130 perpustakaan di seluruh Indonesia menggunakan sistem ini. Kebanyakan perpustakaan tersebut adalah jenis perpustakaan perguruan tinggi, tetapi ada juga dari perpustakaan khusus, perpustakaan sekolah atau bahkan perpustakaan umum dan perpustakaan nasional propinsi.

Secara teknis program SIPISIS dikembangkan dari versi standar CDS/ISIS menggunakan bahasa Pascal CDS/ISIS. Pengembangan mencakup penambahan modul; keterpaduan antara modul yang dibuat; membuat sistem lebih mudah digunakan melalui penyederhanaan menu-menu; juga dengan menggunakan bahasa Indonesia dan sesuai dengan kebutuhan perpustakaan Indonesia pada umumnya. Dengan demikian terdapat modul-modul tambahan yang tidak tersedia pada versi standar, misalnya sistem pencatatan transaksi peminjaman dan pengembalian buku, penagihan pinjaman, statistik peminjaman dan pengembalian buku, masalah denda, serta berbagai fitur-fitur lainnya seperti modul pencatatan pengunjung perpustakaan, cek peminjaman dan penelusuran.

SIPISIS masih berada pada lingkungan DOS, sebagaimana program dasarnya yaitu CDS/ISIS. Tahun 1995 UNESCO meluncurkan program WINISIS, yaitu versi Windows dari CDS/ISIS, sepuluh tahun sejak CDS/ISIS versi DOS dikembangkan tahun 1985. Kini di Perpustakan IPB Bogor sudah dikembangkan pemanfaatan program WINISIS ini untuk peningkatan mutu layanan perpustakaan. Ciri khas fitur yang akan dimanfaatklan dari versi baru ini adalah kemampuannya menangani data fulltext dan multi media. Sebagai uji coba produk adalah penggunaan Winisis untuk basis data disertasi IPB secara fulltext, yang diluncurkan dalam bentuk CD-R (Compact-Disc Recordable) pada awal bulan April 2001.

Selain itu data CDS/ISIS selama ini sesungguhnya sudah pula digunakan untuk akses melalui internet. Bekerja sama dengan Perpustakaan ITB, sejak tahun 1997 telah ditayangkan data CDS/ISIS laporan penelitian IPB dan beberapa jenis data lain melalui internet dengan menggunakan WAIS-ISIS.

Sejak awal tahun 2002, Tim Otomasi Perpustakaan IPB mulai mengembangkan program SIPISIS Versi Windows berbasis Winisis dengan menggunakan Visual Basic. Aplikasi ini merupakan pengembangan SIPISIS versi 3.1 yang masih dibawah sistem operasi DOS. Sampai awal tahun 2005 sudah digunakan lebih dari 20 perpustakaan di seluruh Indonesia.

Kini pemanfaatan teknologi komputer semakin marak di kalangan perpustakaan di Indonesia. Beragam aplikasi sudah digunakan, baik aplikasi jadi yang kini semakin banyak tersedia, gratis ataupun harus beli, maupun aplikasi hasil pengembangan sendiri.

Pengembangan sistem otomasi perpustakaan sudah barang tentu sangat menuntut kesinambungan dukungan SDM yang handal dan dana yang rutin. Selain tentu saja aspek lain seperti dukungan infrastruktur, kerjasama lingkungan kerja, jaringan kerja sama dengan instansi atau perpustakaan lain dan sebagainya.

Terlampir adalah beberapa software yang banyak digunakan di Indonesia untuk otomasi layanan perpustakaan.

MENCETAK BARCODE
DENGAN PROGRAM BARCODE 97

B. Mustafa
mus@ipb.ac.id atau mustafa_smada@yahoo.com

Program Barcode 97 adalah program freeware yang dapat digunakan untuk membuat image barcode dari input karakter berupa angka (0-9), abjad (A-Z) atau karakter-karakter lain seperti spasi, +, -, $, titik, titik koma dsb, dengan panjang tertentu sesuai dengan jenis barcode yang dipilih. Beberapa jenis barcode yang umum digunakan adalah Code 39, Code 93, EAN 8, EAN 12, UPC version A, 2 of 5 Interleaved atau 2 of 5 Matrix. Program Barcode 97 hanya berfungsi mengkonversi karakter yang diinput ke bentuk image barcode yang disimpan sementara di clipboard Windows. Selanjutnya jika akan dicetak ke kertas image barcode yang berada di clipboard itu perlu dipastekan ke suatu halaman yang telah dibuka menggunakan program pengolah-kata tertentu, misalnya MS.Word. Pencetakan selanjutnya dilakukan melalui program MS.Word yang sudah menampung image barcode yang akan dicetak. Demikian seterusnya untuk image barcode lain. Baca juga tulisan lain penulis dengan judul Manfaat Barcode untuk Otomasi Perpustakaan.

Berikut adalah file program Barcode 97:












Langkah-langkah untuk membuat barcode menggunakan program Bacode 97:

1. Jalankan program Barcode 97, dengan mengklik ikon Barcode 97 (gambar BARCODE) pada desktop, atau masuk ke folder tempat menyimpan file program Barcode 97 melalui Windows Explorer kemudian klik ikon Barcode 97 akan muncul tampilan berikut:
























2. Atur parameternya sesuai dengan kebutuhan. Lihat contoh diatas.
3. Isikan nomor kode barcode yang akan dicetak, misalnya 770000437. Setelah menekan ENTER, maka image barcode seperti diatas langsung dipreview pada suatu jendela popup kecil.
4. Klik COPY, untuk menyimpan image barcode tersebut pada cliclippboard.
5. Kemudian buka suatu dokumen pada Program MSWord.
6. Buat template berupa tabel untuk menyimpan image barcode yang akan dibuat misalnya seperti berikut:














7. Klik pada kotak pertama, lalu klik PASTE untuk memasukkan image barcode pada dokumen MS.Word tersebut. Demikian seterusnya untuk angka-angka yang lain pada kotak tabel lainnya dengan cara yang sama, sehingga muncul tampilan seperti berikut:

Dstnya








8. Lengkapi dengan mengisi image barcode pada semua kotak, sehingga sesuai dengan lebar kertas yang akan digunakan untuk mencetak barcode tersebut.
9. Lakukan dengan cara yang sama untuk mencetak barcode BUKU dan barcode untuk kartu anggota.
10. Simpan template tersebut sehingga bisa digunakan lagi untuk mencetak nomor barcode lainnya.
Selamat mencoba!